PRINSIP DAN ASAS-ASAS PEMBELAJARAN
Kegiatan
pembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam implementasi kurikulum.
Untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pembelajaran, dapat diketahui
melalui kegiatan pembelajaran. Untuk itu dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran tersebut, seyogyanya seorang pengajar tahu bagaimana membuat
kegiatan pembelajaran berjala dengan baik dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu diketahui oleh seorang pengajar, dengan memahami prinsip-prinsip pembelajaran, seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu diketahui oleh seorang pengajar, dengan memahami prinsip-prinsip pembelajaran, seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
1. Hakikat pembelajaran
Terdapat beberapa kesamaan substansi tentang belajar , yaitu pada dasarnya adalah perubahan prilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) sebagai hasil interaksi antara siswa dengan lingkungan pembelajaran.Mengajar pada dasarnya adalah kegiatan mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Prof.Dr.A Chaedar alwasilah, MA memberikan batasan terhadap istilah belajar,mengajar, dan pembelajaran, yaitu: belajar (learning), mengajar (teaching), dan pembelajaran (instruction).
2.
Prinsip-prinsip pembelajaran
a. Prinsip umum, adanya perubahan prilaku, peserta dididk memiliki potensi dasar, dan perubahan tersebut menuju pencapaian kualitas ideal.
a. Prinsip umum, adanya perubahan prilaku, peserta dididk memiliki potensi dasar, dan perubahan tersebut menuju pencapaian kualitas ideal.
b.
Prinsip Khusus
1) Prinsip Perhatian dan Motivasi
Dalam proses pembelajaran, perhatian memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Motivasi berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat yang lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhdap mata pelajaran tersebut sehingga akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi daam belajar. Motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Motivasi melepaskan energi atau tenaga yang ada pada seseorang. Setiap motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan. Motivasi mempunyai tiga tujuan, yaitu:
a) mendorong siswa untuk berbuat sebagai penggerak yang melepaskan energi
b) menentukan arah perbuatan yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai
c) menyeleksi perbuatan
Dalam proses pembelajaran, perhatian memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Motivasi berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat yang lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhdap mata pelajaran tersebut sehingga akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi daam belajar. Motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Motivasi melepaskan energi atau tenaga yang ada pada seseorang. Setiap motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan. Motivasi mempunyai tiga tujuan, yaitu:
a) mendorong siswa untuk berbuat sebagai penggerak yang melepaskan energi
b) menentukan arah perbuatan yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai
c) menyeleksi perbuatan
2)
Prinsip Keaktifan
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Pembelajaran akan bermakna apabila siswa aktif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Dalam Proses pembelajaran siswa harus aktif belajar dan guru hanyalah membimbing dan mengarahkan. Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukan adanya jiwa yang aktif, jiwa tidak hanya merespon informasi, namun jiwa mengolah dan melakukan transformasi yang diterima. Berdasarkan kajian teori tersebut, maka siswa sebagai subjek belajar memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan, mencari, mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan, dan melakukan transformasi ke dalam kehidupan yang lebih luas. Sehubungan dengan prinsip kektifan ini, Thorndike dengan Law of Exercices menyatakan bahwa belajar perlu adanya latihan-latihan, dan Mc Keachie tentang individu yaitu manusia merupakan makhluk yang aktif dan selalu ingin tahu, dapat menjadi masukan bahwa dalam proses pembelajaran guru dapat menggali dan mengembangkan aktifitas-aktifitas pembelajran yang berpusat pada siswa.
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Pembelajaran akan bermakna apabila siswa aktif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Dalam Proses pembelajaran siswa harus aktif belajar dan guru hanyalah membimbing dan mengarahkan. Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukan adanya jiwa yang aktif, jiwa tidak hanya merespon informasi, namun jiwa mengolah dan melakukan transformasi yang diterima. Berdasarkan kajian teori tersebut, maka siswa sebagai subjek belajar memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan, mencari, mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan, dan melakukan transformasi ke dalam kehidupan yang lebih luas. Sehubungan dengan prinsip kektifan ini, Thorndike dengan Law of Exercices menyatakan bahwa belajar perlu adanya latihan-latihan, dan Mc Keachie tentang individu yaitu manusia merupakan makhluk yang aktif dan selalu ingin tahu, dapat menjadi masukan bahwa dalam proses pembelajaran guru dapat menggali dan mengembangkan aktifitas-aktifitas pembelajran yang berpusat pada siswa.
3)
Prinsip Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri (setiap individu) nterjun mengalami. Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengalaman adalah intersksi antara individu dengan lingkungan. Dengan adanya interaksi dimaksudkan agar terjadi aksi dari lingkungan berupa rangsangan-rangsangan dari luar. Rangsangan- rangsangan itulah yang akan menjadi pengalaman bagi peserta didik, akan tetapi tidak setiap rangsangan akan menjadi pengalaman.
Edgar Dale dalam bukunya Audio Visual Methods in Teaching memberi pembagian pengalaman menurut tingkat abstraknya dan alat-alat yang berhubungan, yaitu
a) pengalaman langsung (direct purposeful experiences)
b) pengalaman yang diatur (contrived experiences)
c) dramatisasi (dramatization)
d) demonstrasi (demonstration)
e) karyawisata (fieldtrips)
f) pameran (exhibition)
g) gambar hidup (movie pictures television)
h) rekaman, radio, gambar mati (recording radio still pictures)
i) lambang visual (visual symbols)
j) lambang verbal (verbal symbols)
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri (setiap individu) nterjun mengalami. Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengalaman adalah intersksi antara individu dengan lingkungan. Dengan adanya interaksi dimaksudkan agar terjadi aksi dari lingkungan berupa rangsangan-rangsangan dari luar. Rangsangan- rangsangan itulah yang akan menjadi pengalaman bagi peserta didik, akan tetapi tidak setiap rangsangan akan menjadi pengalaman.
Edgar Dale dalam bukunya Audio Visual Methods in Teaching memberi pembagian pengalaman menurut tingkat abstraknya dan alat-alat yang berhubungan, yaitu
a) pengalaman langsung (direct purposeful experiences)
b) pengalaman yang diatur (contrived experiences)
c) dramatisasi (dramatization)
d) demonstrasi (demonstration)
e) karyawisata (fieldtrips)
f) pameran (exhibition)
g) gambar hidup (movie pictures television)
h) rekaman, radio, gambar mati (recording radio still pictures)
i) lambang visual (visual symbols)
j) lambang verbal (verbal symbols)
4)
Prinsip Pengulangan
Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar.
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentinggnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L Trondike (1974-1949). Kesimpulan penelitiannya adalah memunculkan tiga dalil belajar, yaitu ”Law of Effeck, Law of Exercises, and Law of Readines”. Teori lain yang dianggap memiliki kaitan erat dengan prinsip pengulangan adalah yang dikemukakan oleh psikologi daya. Menurut teori daya bahwa manusia memiliki sejumlah daya seperti mengamati, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan lain sebagainya. Oleh karna itu menurut teori ini, belajar adalah melebihi daya-daya dengan pengulangan dimaksudkan agar setiap daya yang dimiliki oleh manusia dapat trarah sehingga menjadi lebih peka dan berkembang.
Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar.
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentinggnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L Trondike (1974-1949). Kesimpulan penelitiannya adalah memunculkan tiga dalil belajar, yaitu ”Law of Effeck, Law of Exercises, and Law of Readines”. Teori lain yang dianggap memiliki kaitan erat dengan prinsip pengulangan adalah yang dikemukakan oleh psikologi daya. Menurut teori daya bahwa manusia memiliki sejumlah daya seperti mengamati, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan lain sebagainya. Oleh karna itu menurut teori ini, belajar adalah melebihi daya-daya dengan pengulangan dimaksudkan agar setiap daya yang dimiliki oleh manusia dapat trarah sehingga menjadi lebih peka dan berkembang.
5)
Prinsip Tantangan
Teori medan dari Kutt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam setiap situasi belajar dalam suatu medan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan tesebut siswa dihadapkan sejumlah tantangan, yaitu mempelajari materi belajar, dan belajar. Maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mempelajari bahan belajar. Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang menantang, seperti yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa akan tertantang untuk mempelajarinya. Dengan kata lain, pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep,prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep-konsep, prinsp-prinsip dan generalisasi tersebut.
Memberikan siswa kesempatan sukses dalam belajar tidak berarti bahwa mereka harus diberi pekerjaan yang mudah saja. Tugas yang sulit yang mengandung tantangan bagi kemampuan siswa akan merangsangnya untuk mengeluarkan segenap tenaganya. Tentu saja tugas itu dalam batas kesangggupan siswa.
Teori medan dari Kutt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam setiap situasi belajar dalam suatu medan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan tesebut siswa dihadapkan sejumlah tantangan, yaitu mempelajari materi belajar, dan belajar. Maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mempelajari bahan belajar. Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang menantang, seperti yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa akan tertantang untuk mempelajarinya. Dengan kata lain, pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep,prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep-konsep, prinsp-prinsip dan generalisasi tersebut.
Memberikan siswa kesempatan sukses dalam belajar tidak berarti bahwa mereka harus diberi pekerjaan yang mudah saja. Tugas yang sulit yang mengandung tantangan bagi kemampuan siswa akan merangsangnya untuk mengeluarkan segenap tenaganya. Tentu saja tugas itu dalam batas kesangggupan siswa.
6)
Prinsip Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengeruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui metode-metode pembelajaran yang menantang, seperti tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan memb.uat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat juga diartikan sebagai segala bentuk respons baik bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa.
Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Penguatan juga dapat digunakan sebagai pemicu motivasi belajar siswa berupa pemicu motivasi ekstrinsik yang akan menumbuhkan motivasi intrinsik sehingga dapat meningkatkan perilaku belajar peserta didik.
Penguatan yang diberikan seorang guru harus mempunyai tujuan yang menjadikan peserta didik lebih baik dalam proses pembelajaran. Perlu ada kerja sama antara guru dan peserta didiknya dalam proses pembelajaran.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan juga dapat memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi peserta didik sebagai suatu dorongan atau koreksi. Adapun tujuan dari penguatan dalam pembelajaran adalah :
a) menumbuhkan perhatian siswa
b) memelihara motivasi siswa
c) memudahkan siswa
d) meminimalkan perilaku negatif dan mendorong tumbuhnya perilaku positif
e) meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif.
balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengeruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui metode-metode pembelajaran yang menantang, seperti tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan memb.uat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat juga diartikan sebagai segala bentuk respons baik bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa.
Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Penguatan juga dapat digunakan sebagai pemicu motivasi belajar siswa berupa pemicu motivasi ekstrinsik yang akan menumbuhkan motivasi intrinsik sehingga dapat meningkatkan perilaku belajar peserta didik.
Penguatan yang diberikan seorang guru harus mempunyai tujuan yang menjadikan peserta didik lebih baik dalam proses pembelajaran. Perlu ada kerja sama antara guru dan peserta didiknya dalam proses pembelajaran.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan juga dapat memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi peserta didik sebagai suatu dorongan atau koreksi. Adapun tujuan dari penguatan dalam pembelajaran adalah :
a) menumbuhkan perhatian siswa
b) memelihara motivasi siswa
c) memudahkan siswa
d) meminimalkan perilaku negatif dan mendorong tumbuhnya perilaku positif
e) meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif.
balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
7) Prinsip Perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri. Untuk dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa, maka guru harus dapat memahami dengan benar ciri-ciri para siswanya tersebut baik dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas dan bimbingan terhadap siswa. Prinsip menghormati perbedaan individual mengatakan bahwa setiap orang mempunyai cara yang tersendiri dan unik mempelajari sesuatu.
Setiap manusia adalah individu yang mempunyai kepribadian dan kejiwaan yang khas. Secara psikologis, prinsip perbedaan individualitas sangat penting diperhatikan karena:
a) Setiap anak mempunyai sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda
b) Setiap individu berbeda cara belajarnya
c) Setiap individu mempunyai minat khusus yang berbeda
d) Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda
e) Setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan guru sesuai dengan perbedaan individual
f) Setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda
Maksud dari irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda adalah bahwa siswa belajar dalam kelas dalam usia perkembangan. Masing-masing siswa tidak sama perkembangannya, ada yang cepat ada yang lambat, maka guru harus bersabar dalam tugas pelayanan belajar pada anak didiknya. Oleh sebab itu setiap guru mengajar harus diimplikasikan sebagai berikut:
a) Setiap memberikan tugas kelompok, hendaklah didasarkan pada tingkat kepandaian peserta didik
b) Guru memberikan tugas-tugas unit dengan kemungkinan memilih macam-macam kegiatan dan pengalaman bagi setiap peserta didik
c) Guru memberikan tugas–tugas individual kepada beberapa peserta didik setelah dalam suatu kelompok
d) Guru jangan memberikan tugas-tugas berupa hafalan-hafalan dan fakta-fakta saja, tetapi perlu juga pengajaran dengan ekperimen, demonstrasi, pemecahan soal, dan tugas serta penyelidikan yang mengandung motivasi dan kebangkitan aktivitas peserta didik.
Perbedaan individual dalam belajar yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri. Untuk dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa, maka guru harus dapat memahami dengan benar ciri-ciri para siswanya tersebut baik dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas dan bimbingan terhadap siswa. Prinsip menghormati perbedaan individual mengatakan bahwa setiap orang mempunyai cara yang tersendiri dan unik mempelajari sesuatu.
Setiap manusia adalah individu yang mempunyai kepribadian dan kejiwaan yang khas. Secara psikologis, prinsip perbedaan individualitas sangat penting diperhatikan karena:
a) Setiap anak mempunyai sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda
b) Setiap individu berbeda cara belajarnya
c) Setiap individu mempunyai minat khusus yang berbeda
d) Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda
e) Setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan guru sesuai dengan perbedaan individual
f) Setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda
Maksud dari irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda adalah bahwa siswa belajar dalam kelas dalam usia perkembangan. Masing-masing siswa tidak sama perkembangannya, ada yang cepat ada yang lambat, maka guru harus bersabar dalam tugas pelayanan belajar pada anak didiknya. Oleh sebab itu setiap guru mengajar harus diimplikasikan sebagai berikut:
a) Setiap memberikan tugas kelompok, hendaklah didasarkan pada tingkat kepandaian peserta didik
b) Guru memberikan tugas-tugas unit dengan kemungkinan memilih macam-macam kegiatan dan pengalaman bagi setiap peserta didik
c) Guru memberikan tugas–tugas individual kepada beberapa peserta didik setelah dalam suatu kelompok
d) Guru jangan memberikan tugas-tugas berupa hafalan-hafalan dan fakta-fakta saja, tetapi perlu juga pengajaran dengan ekperimen, demonstrasi, pemecahan soal, dan tugas serta penyelidikan yang mengandung motivasi dan kebangkitan aktivitas peserta didik.
2. ASAS-ASAS PEMBELAJARAN
- Definisi Asas-asas PembelajaranDalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), asas berarti hukum dasar, suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar. Sedangkan prinsip adalah asas atau dasar yang dijadikan pokok pikiran, bertindak, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkanbahwa asas dan prinsip sebenarnya adalah sama, karena menjadi pokok dasr baik bertindak maupun berpikir. Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut “instructus” atau “instruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan.Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik. Pembelajaran disebut juga usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Jadi, inti dari pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada peserta didik.Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui kontraksi para peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetisi dasar.Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika peserta didik belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi peserta didik. Jadi, asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain asasasas pembelajaran adalah suatu yang dijadikan dasar berpikir dan bertindak untuk menciptakan proses belajar.
- Asas-asas Pembelajaran
1. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan
maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan
sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan
diharapkan proses pengajaran terhindar dari verbalisme, yaitu siswa hanya tahu
kata-kata yang diucapkan oleh guru
tetapi tidak mengerti maksudnya. Untuk itu sangat diperlukan peragaan dalam
pengajaran terutama terhadap siswa pada
tingkat dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan
untuk mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat, maksud dan tujuan
peragaan ialah memberikan variasi dalam cara-cara mengajar, memberikan lebih
banyak realitas dalam mengajar, sehinga lebih wujud, lebih terarah untuk
mencapai tujuan pelajaran.
Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar
mengajar, menyangkut beberapa aspek:
a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.
b. meragakan pelajaran dengan perbuatan,
percobaan-percobaan.
c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain
sebagainya.
d. Menyelenggarakan karya wisata.
Dasar psikologi
penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan lebih berkesan dalam
ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung anak itu sendiri.
Ada dua macam peragaan: Peragaan langsung, dengan menggunakan benda aslinya
atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh siswa. Peragaan
tidak langsung, dengan menunjukkan benda
tiruan atau suat model. Contoh: gambar, boneka, film, foto dan sebagainya.
2. Minat dan Perhatian
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sementara
perhatian, di sini mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Seorang
siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya
lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena perhatian yang intensif
terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan
akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan,
seorang siswa yang berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap
pelajaran tersebut. Akan tetapi terkadang perhatian siswa akan hilang jika
tidak ada minat dalam pelajaran yang diajarkan, oleh karena itu diperlukan
kecakapan seorang guru untuk membangkitkan minat dan perhatian peserta didik.
Untuk membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru harus:
- Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa.
- Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang disajikan.
- Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha menghindarkan hukuman.
- Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan meia,menghindari hal-hal yang tidak perlu, mengadakan selingan sehat.
3. Motivasi
Motivasi bersal dari bahasa latin “movere”, yang berarti
menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang.
Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan
atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan pada
tingkah laku tersebut.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada peserta didik yang sedang belajar untuk perubahan perilaku. Motivasi
belajar adalah proses yang member semangat belajar, arah, dan kegigihan
perilaku. Dalam artian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energy, terarah, dan bertahan lama.
Menurut Prasetya Irawan dkk. mengutip hasil penelitian
Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu
latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi. Maka
faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik.
Dalam hal ini motivasi belajar sangat berperan mendorong
peserta didik mencapai keberhasilan belajar mereka. Keberhasilan yang diraihnya
tentu akan menghasilkan kepuasan pada diri peserta didik. Oleh karena itu, arti
penting keberhasilan belajar mendorong guru harus terampil mengembangkan
strategi motivasi khususnya yang berkaitan dengan pencapaian belajar. Cara yang
dapat dilakukan guru antara lain:
- Menggunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif bukan ancaman atau sejenisnya.
- Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk segera menggunakan atau mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajarinya.
- Meminta kepada peserta didik yang telah menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan untuk membantu teman-temanya yang belum berhasil.
- Membandingkan prestasi peserta didik dengan dirinya di masa lalu atau dengan suatu standar tertentu, bukan dengan peserta didik yang lain.
4. Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata apperception (Inggris), yang berarti
menafsirkan buah pikiran, menyatukan dan mengasimilasikan suat pengamatan
dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan
menafsirkanya.
Apersepsi menurut Herbart adalah memperoleh
tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Dalam hal ini
terjadi sosiasi antara tanggapan yang baru dengan tanggapan yang lama. Herbart
mengemukakan bahwa yang diketahui digunakan untuk memahami sesuatu yang belum
diketahui. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu, karena
itu pelajaran harus selalu dibangun atas pengetahuan yang telah ada.
Berdasarkan prinsip itu Herbart menganjurkan
langkah-langkah berikut:
- Kejelasan, sesuatu diperlihatkan untuk memperdalam pengertian. Di sini guru yang terutama aktif (memberi) dan murid “Pasif” (menerima). Cara mengajar memberitahukan.
- Asosiasi, anak-anak diberi kesempatan untuk menghubungkan pengertian baru dengan pengalaman-pengalaman lama. Anak-anak di sini lebih aktif. Metode mengajar: Tanya Jawab, Pertanyaan.
- Sistem, di sini bahan baru itu ditempatkan dalam hubungannya dengan hal-hal lain. Ini hanya mingkin, jika bahan itu telah dipahami sepenuhnya. Metode: Menjelaskan, Ceramah.
- Metode, anak-anak mendapat tugas untuk dikerjakan. Guru memperbaiki dengan memberi petunjuk di mana perlu.
5. Korelasi dan Konsentrasi
Yang dimaksud dengan korelasi disini adalah hubungan
antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya yang berfungsi untuk
menguatkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, juga dapat menimbulkan minat
dan perhatian siswa. Hendaknya guru juga menghubungkan pelajaran dengan realita
sehari-hari. Karena dalam realitasnya, pembelajaran di sekolah masih banyak
menggunakan strategi pembelajaran yang hanya berupaya untuk menghabiskan materi
pembelajaran semata sehingga kurang memberi makna bagi peserta didik. Oleh
karena itu, agar aktivitas pembelajaran mampu memberikan makna bagi peserta
didik yang belajar, guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu
mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupa sehari-hari.
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaannya, yakni :
a. Tahap inisiasi, guru dapat menarik perhatian
siswa dengan alat peraga, supaya kelas dapat memiliki topik, siswa dibentuk
kelompok dan tiap kelompok diberi permasalahanya masing-masing.
b. Tahap pengembangan, pada tahap hal ini kelompok-kelompok diterjunkan langsung
kelapangan untuk mencari sumber data untuk materi diskusi, laporan ditulis
lengkap, para siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dan guru
bertindak sebagai pedamping.
c. Tahap kulminasi, sebagai tahap akhir, setelah
semua kelompok dapat menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi
kelas atau diskusi panel, dan diharapkan para siswa dapat berperan aktif.
6.Individualisasi
Siswa merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua
orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang
lain. Perbedaan ituterdapat pada karakteristik
psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.10 Setiap guru tentu menyadari
bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas misalnya, berarti menghadapi 30
macam keunikan atau karakteristik. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara
dan hasil belajar siswa.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang
berbeda dengan anak didik lainya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak
didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka
adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik.
Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala
perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pembelajaran.
Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut
untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada tiap siswa,
misalnya dengan:
a. Menentukan penggunaan berbagai metode yang
diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
b. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam
menyajikan pesan pembelajaran.
c. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga
dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang
bersangkutan.
d. Memberikan remidiasi ataupun pertanyaan kepada siswa
yang membutuhkan.
7.Kooperasi
Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih
luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru. Kooperatif menggambarkan makna yang lebih
luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencangkup
pula pengertian kolaborasi.
Pembelajaran koopertif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil (small goup), yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).
Yang dimaksud dengan koopersi di sini adalah belajar atau
bekerja sama (kelompok). Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan
sosial antara siswa yang satu dengan yang lainnya, juga hubungan guru dengan
siswa.
Adapun keuntungan-keuntungan kooperatif antara lain:
a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan berpikir sendiri, menentukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain;
b. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan
ide-ide orang lain;
c.Membantu anak untuk respek pada orang
lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;
d. Membantu memberdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar;
e. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, dan mengembangkan keterampilan
memanage waktu;
f. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
Ada beberapa
jenis kerja sama, William Burton membagi kelompok kerja sama tersebut antara
lain:
- Kerja kelompok, untuk memecahkan suatu problem, menganalisis masalah, pembagian tugas, kegiatan penyelidikan, dan kesimpulan.
- Diskusi kelompok, diskusi ini tidak sama dengan debat tetapi selalu mengutamakan pemecahan masalah.
Pembelajaran
kooperatif merupakan proses atau metode yang tidak hanya mengutamakan
tercapainya kualitas siswa yang kognitif melainkan untuk mengembangkan
kemampuan lainnya seperti kesadaran siswa menyadari hakikat dirinya, hakikat
hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya.
C. Arti Penting Asas-asas Pembelajaran
Sebelum membahas
peranan atau arti penting asas pembelajaran, akan disinggung sedikit tentang
didaktik dan metodik. Didaktik dapat dipahami dengan suatu ilmu yang
membicarakan prinsip-prinsip dalam penyampaian pelajaran. Didaktik adalah
sebagian dari pedagogik atau ilmu mengajar.
Didaktik dapat
dibagi menjadi dua yaitu didaktik umum (prinsip-prinsip umum yang berkenaan
dengan penyajian bahan pelajaran) dan didaktik khusus (membicarakan tentang
cara mengajarkan tentang suatu mata pelajaran tertentu). Didaktik khusus juga
disebut dengan Metodik atau disebut dengan metodologi Pengajaran dan terbagi
dalam dua bagian, metodik umum dan khusus. Jadi, dapat disimpulkan bahwa asas
atau prinsip pembelajaran adalah bagian dari metodologi pembelajaran.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar